Fitofarmaka Menjadi Produk Farmasi Utama di Indonesia, Mendorong Kemandirian Obat
Tanggal Posting : Selasa, 25 Juni 2024 | 08:15
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 1427 Kali
Fitofarmaka Menjadi Produk Farmasi Utama di Indonesia, Mendorong Kemandirian Obat
Produk Obat Herbal Fitofarmaka yang dikenal sebagai OMAI mendorong terwujudnya Kemandirian Obat Nasional dengan memanfaatkan sumber bahan alam hayati Indonesia.

OMAIdigital.id- Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Budiono Subambang menilai Fitofarmaka memiliki potensi besar untuk menjadi produk Farmasi utama Indonesia, dengan memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah.

Selain itu, menurut Budiono Subambang, pengembangan Fitofarmaka di Indonesia juga dapat membuka lapangan kerja baru, sekaligus meningkatkan Kemandirian Obat untuk mendukung kesehatan di Dalam Negeri.

Demikian diungkapkan Budiono Subambang pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, pada 24 Juni 2024.

Indonesia ini, lanjut Budiono, sangat kaya karena memiliki jenis tanaman obat yang dapat dikembangkan menjadi Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Namun, pemanfaatannya masih belum optimal, ujarnya. Fitofarmaka dalam beberapa tahun terakhir disebut sebagai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Budiono menambahkan untuk menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, khususnya industri yang memanfaatkan sumber bahan alam, obat herbal nantinya betul-betul dapat diberikan resep seperti yang dilakukan Jepang.

"Hanya memang, ke depan bagaimana itu dpat masuk di dalam bagian yang komplemen dengan obat-obat yang saat ini ada," ungkapnya.

Budiono menyebut regulasi yang jelas, serta riset yang terintegrasi sangat penting dalam memajukan industri Fitofarmaka. "Tentu ini pemerintah atau kami, harus menyediakan dana dan fasilitas yang memadai, mulai dari riset dan mendorong kerjasama dengan para akademisi untuk menghasilkan produk-produk Fitofarmaka yang berkualitas. Nah ini pentingnya kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan dan Kementerian/Lembaga," lanjutnya seperti dikutip CNBC Indonesia.

Budiono Subambang Kemenko PMK

Keterangan Foto: Budiono Subambang saat menjadi narasumber pada Pekan Jamu Badan POM 2024 di Kantor Badan POM Jakarta.

Lebih lanjut, Budiono Subambang mengatakan bahwa dalam menindaklanjuti Inpres No 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, Kemenko PMK telah membentuk satuan tugas percepatan pengembangan dan pemanfaatan Fitofarmaka.

"Jadi kami sudah melakukan beberapa kali pertemuan rapat koordinasi, mulai dari hulu sampai dengan hilirnya. (Sebab) kita harus tahu betul ekosistem dan pengembangan fitofarmaka ini mulai dari pengembangan infrastrukturnya, pengembangan sumber daya manusianya, kemudian sampai dengan apa regulasi yang diperlukan sampai ke teknis," pungkas Budiono.

Eskpor Produk Herbal Indonesia Tertinggal

Indonesia masih kalah dari India, China hingga Belanda dalam mengekspor komoditas Jamu dan Fitofarmaka di pasar global. Padahal, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati atau biodiversitas terbesar kedua di dunia setelah Brasil.

"Indonesia ini memiliki biodiversity terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Kemudian disusul Indonesia, ketiga Kolombia, keempat China, kelima Peru, dan bahkan India itu ke-10 ya. Kenapa kami memberikan catatan India ke-10?

Karena di sini ironisnya, pengekspor jamu herbal dan Fitofarmaka rangking pertama itu India, kedua China, kemudian disusul Belanda," kata Budiono. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: