Tim UNAIR Ciptakan Inovasi Deteksi Dini Kanker Otak
Tanggal Posting : Senin, 24 Juni 2024 | 10:19
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 338 Kali
Tim UNAIR Ciptakan Inovasi Deteksi Dini Kanker Otak
Tim Nanosens Universitas Airlangga berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta Kemendikbud-Ristek.

OMAIdigital.id- Tim Nanosens Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Kemendikbud-Ristek.

Tim bimbingan Prastika Krisma Jiwanti, S.Si, MSc, Eng, PhD tersebut mengusung inovasi bertajuk Multi-Walled Carbon Nanotube Termodifikasi Antibodi EGFRvIII sebagai Sensor Deteksi Dini Kanker Otak.

Tim yang terdiri dari 5 mahasiswa jurusan Rekayasa Nanotekonologi Fakultas Teknologi dan Multidisiplin (FTMM). Yakni Mohammad Kalimanjaro, Bintang Adji Notodidjojo, Lalu Jihad Al Jazeera, Reuben Josiah Paulus, dan Azka Muhammad Nurrahman.

Keberhasilan mereka lolos pendanaan bermula dari ajang Kompetisi Ilmiah Mahasiswa (KIM) UNAIR. "Perjalanan tim kami mulanya dari jalur Kompetisi Ilmiah Mahasiswa, sebagai seleksi internal di Universitas Airlangga," jelas Azka seperti dikutip dari website UNAIR.

Latar Belakang dan Inovasi

Azka menuturkan, latar belakang ide PKM mereka awalnya dari permasalahan kanker otak. Kanker ini menjadi salah satu jenis kanker ganas yang sulit ditangani jika sudah mencapai stadium lanjut.

Deteksi dini pada kanker otak, kata Azka, dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan menurunkan angka kematian.

Saat ini, metode deteksi seperti MRI dan CT Scan hanya efektif mendeteksi kanker yang sudah cukup besar. Berdasar inilah, tim Nanosens mengembangkan sensor berbasis nanoteknologi yang dapat mendeteksi kanker otak pada tahap awal.

Azka selaku ketua tim menjelaskan bahwa sensor yang digunakan memanfaatkan dielektroda. Kemudian dimodifikasi jadi Screen-Printed Electrode (SPE), yang dilapisi Multi-Walled Carbon Nanotube dan antibodi EGFRvIII.

Tim Nanosens ketika melakukan diskusi dengan Prastika Krisma Jiwanti S Si MSc Eng PhD (Foto: Dokumentasi Pribadi)

"Jadi, pada pasien penderita kanker otak, akan memproduksi extracellular vesicle secara berlebihan, dan pada permukaanya terdapat protein EGFRvIII. Lalu, Antibodi EGFRvIII yang dikenai pada sensor ini dapat berikatan dengan protein tersebut," terangnya.

"Ketika sampel urin yang mengandung protein EGFR diteteskan ke permukaan sensor, respons sinyal elektronik akan timbul untuk diagnosis kanker sejak dini," imbuh Azka.

Azka dan tim berharap penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang nanoteknologi dan biomedis. Selain itu, dari sisi praktis, sensor ini harapannya dapat teraplikasi di sistem point-of-care, seperti di puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.

"Karena protein EGFR dapat dideteksi melalui urin, jadi model deteksi ini mudah dan cepat untuk digunakan," paparnya.

Selama mengikuti kompetisi ini, tim Nanosens menghadapi berbagai tantangan, termasuk pembagian waktu antara kuliah dan penelitian serta keterlambatan pendanaan. Meskipun begitu, tim Nanosens tetap berusaha keras untuk menghasilkan data yang akurat dan alat deteksi yang berfungsi dengan baik.

"Kami berharap penelitian ini bisa dikembangkan menjadi prototipe awal yang lebih lanjut dapat dipublikasikan dalam bentuk paper ilmiah," tutup Azka. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: