![]() |
Kolaborasi Global Traditional Medicine Strategy diharapkan mampu mengangkat potensi kesehatan tradisional secara global. |
OMAIdigital.id- Indonesia terus memperkuat kerja sama internasional di bidang pengawasan obat bahan alam atau obat herbal. Indonesia menjadi tuan rumah the 16th Annual Meeting of the WHO-International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) pada 13-16 Oktober 2025 di Jakarta.
WHO-IRCH merupakan jejaring kerja sama internasional di bawah koordinasi World Health Organization (WHO) yang berfokus pada penguatan kapasitas dan harmonisasi kebijakan dalam regulasi obat herbal.
Sejak berdiri pada tahun 2017, jaringan ini beranggotakan 49 otoritas regulatori dari 6 kawasan WHO, termasuk 3 lembaga regional/subregional.
Pertemuan tahun ini menjadi pertemuan ke-5 yang diselenggarakan oleh WHO sejak Sekretariat IRCH berada di Markas Besar WHO Jenewa. Hadir setidaknya 58 peserta secara luring dari 24 negara anggota IRCH serta perwakilan Kantor Pusat, Kantor Regional, dan Kantor Negara WHO. Pertemuan juga diikuti oleh pengamat dari berbagai lembaga internasional terkait.
Selama 4 hari penyelenggaraan, peserta akan membahas berbagai agenda penting. Agenda tersebut mencakup reviu atas capaian dan tindak lanjut hasil pertemuan WHO-IRCH sebelumnya; kegiatan dan rencana kerja Steering Group WHO-IRCH; lokakarya tematik mengenai keamanan, khasiat, dan mutu; serta pengawasan obat herbal di berbagai negara.
Sebagai tuan rumah, BPOM berperan aktif dalam mendukung pelaksanaan agenda global di bidang pengawasan obat bahan alam. Melalui forum ini, BPOM menegaskan komitmennya untuk memperkuat sistem regulasi berbasis ilmiah yang selaras dengan standar internasional, sekaligus mendorong pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara aman dan bertanggung jawab.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar mengatakan Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan berpotensi dikembangkan menjadi obat bahan alam. "Setidaknya terdapat 30.000 jenis tumbuhan yang berpotensi dikembangkan menjadi obat bahan alam.
Dari jumlah tersebut, telah terdaftar 18.000 obat herbal/jamu, 71 di antaranya adalah obat herbal terstandar dan 20 fitofarmaka," tuturnya seperti dikutip di laman web BPOM.
Taruna Ikrar juga menyebutkan, selain sumber daya alam, Indonesia memiliki banyak perguruan tinggi dan industri yang dapat berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan obat bahan alam ini.
"Konsep akademisi-bisnis-pemerintah ini yang ingin saya usulkan dalam pertemuan IRCH kali ini," ungkap Taruna Ikrar.
Kepala BPOM optimistis, kolaborasi akademisi-bisnis-pemerintah (academic-business-government/ABG) dalam mengembangkan obat bahan alam mampu membuat Indonesia tumbuh menjadi rujukan pasar obat bahan alam di dunia. Selain itu, pemanfaatan dan pengembangan obat bahan alam juga dapat secara bertahap mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku obat yang saat ini masih diimpor.
WHO Global Traditional Medicine Strategy 2025-2034
WHO-IRCH Secretariat, Pradeep Dua mengungkapkan baru-baru ini merilis WHO Global Traditional Medicine Strategy 2025-2034. "Salah satu dari 4 tujuan utama dalam strategi ini berfokus pada regulasi," jelasnya.
"Regulasi ini tidak hanya membahas mengenai produk, melainkan juga mengatur masalah praktik dan praktisi pengobatan tradisional, komplementer, dan integratif," ungkapnya lebih lanjut. Pertemuan ini menjadi ajang yang tepat untuk memperkuat sistem regulasi obat bahan alam tersebut.
IRCH Chair Sungchol Kim, dalam sambutannya, juga menyinggung tujuan utama dari WHO Global Traditional Medicine Strategy 2025-2034, terutama mengenai pembangunan basis bukti yang kuat untuk pengobatan tradisional, komplementer, dan integratif (traditional, complementary, and integrative medicine/TCIM) serta pengembangan peraturan yang tepat untuk keamanan dan efektivitas.
Karena itu, Sungchol Kim mengajak semua peserta untuk berdiskusi aktif, saling bertukar pengetahuan dan pengalaman di bidang obat bahan alam, agar pertemuan membawa manfaat untuk kepentingan masyarakat.
Pertemuan WHO-IRCH ke-16 ini diharapkan menghasilkan rekomendasi strategis untuk memperkuat sistem regulasi obat herbal di negara anggota WHO. Selain itu, momen ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperluas kerja sama antarotoritas pengawasan obat dan makanan di seluruh dunia.
Melalui keterlibatan aktif dalam jaringan WHO-IRCH, BPOM berkomitmen mendukung agenda global WHO dalam meningkatkan keamanan, khasiat, dan mutu obat herbal, sekaligus memperluas akses masyarakat terhadap produk berbasis bahan alam yang aman, bermutu, dan bermanfaat bagi kesehatan. Redaksi OMAIdital.id