![]() |
Pengobatan Kanker Berbasis Farmakalogi Berbasis Sel dan Genetik potensi dikembangkan. |
OMAIdigital.id- Kepala BPOM, Taruna Ikrar berkesempatan memaparkan hasil penelitiannya mengenai pengobatan berbasis farmakologi sel dan genetik.
Farmakologi terapi berbasis sel dan genetik merupakan teknologi pengobatan yang mampu memperbaiki akar atau penyebab utama suatu jenis penyakit pada tingkat DNA dan molekuler.
Teknologi ini menargetkan pengobatan untuk penyakit yang disebabkan mutasi genetik atau kondisi herediter, yang umumnya mengancam jiwa pasien.Kehadiran teknologi pengobatan ini diprediksi akan menjadi teknik pengobatan yang penting dalam pengobatan penyakit degeneratif dan penyakit keganasan di masa depan.
Penggunaannya terutama akan sangat bermanfaat pada terapi penyakit kanker dan kelainan bawaan atau genetik."Penerapan terapi ini telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan.
Melihat hasil yang positif dari uji klinis pada penyakit glioblastoma, di masa depan, terapi sel dan genetik menjadi penemuan terpenting dalam sejarah pengobatan dunia kedokteran," ungkap Taruna Ikrar dalam kuliah umumnya.
Melihat potensinya yang sangat besar, Taruna menyebut terapi berbasis sel dan genetik ini menjadi harapan baru jutaan penderita penyakit herediter dan degeneratif yang selama ini belum ada obatnya.
Akan tetapi, investigasi jangka panjang juga diperlukan untuk memastikan sel basal (sel induk) yang ditransplantasikan bebas dari mutasi, sel dapat tertanam secara stabil, dan bahwa fungsi otak dapat dipertahankan setelah proses transplantasi.
"Studi selanjutnya untuk menyelidiki dan memperbaiki temuan yang dibahas dalam ulasan ini masih diperlukan untuk memvalidasi kelayakan terapi berbasis sel untuk pengobatan glioblastoma.
Sebagian juga masih dalam tahap penelitian untuk memastikan keamanan serta efektivitasnya, juga untuk mengurangi adverse reactions (reaksi yang tidak diinginkan)," urai Taruna Ikrar lebih lanjut.
Penelitian mengenai penggunaan farmakologi terapi berbasis sel dan genetik ini sebelumnya dilakukan Kepala BPOM pada kasus penyakit glioblastoma (kanker otak). Hasil penelitian sempat dipaparkan dalam pidato pengukuhan Taruna Ikrar sebagai Guru Besar Tetap Bidang Keilmuwan Farmakologi di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Lampung.
Sebagai metode pengobatan yang terbilang baru, tentunya pemanfaatan farmakologi berbasis sel dan genetik memerlukan penelitian lebih lanjut yang mendalam. Selain untuk memastikan tingkat efektivitas dan keamanannya, tetapi juga untuk mengetahui potensinya untuk digunakan sebagai terapi pada kondisi penyakit selain glioblastoma atau kanker otak.
"Masih perlu ada studi lebih lanjut tentang aplikasi transisi gen dan terapi berbasis sel ke perawatan klinis, terutama untuk diaplikasikan pada berbagai kelainan degeneratif dan penyakit keganasan kanker lainnya," ujar Taruna Ikrar.
Di samping itu, perlu dijajaki kemungkinan penerapan teknologi terapi ini untuk membantu penanganan penyakit genetik dan herediter di fasilitas kesehatan di Indonesia.
Agenda lain dalam kesempatan kunjungan Kepala BPOM ke negara Paman Sam adalah untuk membahas potensi kolaborasi antara BPOM dengan School of Medicine, University of California, Irvine di California, USA dalam penelitian, teknologi pengawasan obat, dan edukasi.
Selain itu, Taruna Ikrar juga menyambangi kantor Konsulat Jenderal RI di Los Angeles dan mengadakan pertemuan dengan Konsul Jenderal RI Purnomo Ahmad Chandra. Pertemuan tersebut membahas kemungkinan perusahaan obat dan suplemen kesehatan Amerika Serikat menjajaki investasi di Indonesia.
Hal yang juga dibahas dalam pertemuan tersebut mengenai potensi untuk mendorong industri kreatif dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia agar mampu memasuki pasar Amerika. BPOM bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkomitmen mendukung dan mendampingi UMKM Indonesia dalam hal pemenuhan persyaratan ekspor produk UMKM kosmetik dan pangan olahan.
Taruna juga menjelaskan bahwa hal ini selaras dengan amanat Presiden RI Prabowo Subianto untuk meningkatkan keberdayaan produsen dalam negeri agar mampu memasuki pasar global. Kewirausahaan ini akan melibatkan banyak produsen termasuk UMKM dalam negeri serta peran aktif masyarakat Indonesia yang bermukim di Amerika (diaspora) untuk mempromosikan produk Indonesia.
Paparan diatas disampaikan di hadapan guru besar, dosen, dan mahasiswa di Harvard Medical School, Harvard University, tepatnya di Aula Massachusetts General Hospital, Boston, United States of America pada Rabu, 20 November 2024.Kunjungan Kepala BPOM ke Amerika Serikat kali ini dalam rangka memenuhi undangan dari Associate Professor, Harvard Medical School Prof. Joseph Arboleda-Velasquez.
Dalam pembukaan kegiatan diskusi, Prof. Joseph meminta kesediaan Taruna Ikrar untuk memaparkan mengenai peran BPOM dalam mendukung pengembangan obat baru di Indonesia. Redaksi OMAIdigital.id