Policy Brief BRIN: Ada 3 Kendala Besar Riset Menemukan Kandidat Fitofarmaka
Tanggal Posting : Senin, 18 Desember 2023 | 06:45
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 842 Kali
Policy Brief BRIN: Ada 3 Kendala Besar Riset Menemukan Kandidat Fitofarmaka
Hilirisasi riset OBA menjadi Fitofarmaka harus berkesinambungan sehingga jumlah Fitofarmaka tersedia lengkap untuk berbagai penyakit di tanah air.

OMAIdigital.id- Riset untuk menemukan kandidat Fitofarmaka memiliki 3 kendala besar yang harus diatasi oleh para stakeholders, sehingga jumlah Obat Bahan Alam (OBA) Kategori Fitofarmaka dapat segera meningkat. Semakin banyak jumlah Fitofarmaka akan semakin banyak peluang para dokter meresepkan Fitofarmaka di Pelayanan Kesehatan di seluruh Indonesia.

Hilirisasi hasil riset OBA menjadi Fitofarmaka harus berkesinambungan sehingga jumlah Fitofarmaka untuk berbagai penyakit tersedia lengkap di tanah air.

Fitofarmaka pada beberapa tahun ini dikenalkan sebagai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang telah melalui uji pra klinis dan uji klinis, sehingga khasiatnya telah terbukti secara ilmiah. OMAI Fitofarmaka sekarang sudah dapat diresepkan para dokter di Pelayanan Kesehatan Nasional, dan juga para dokter di berbagai negara.

Dikutip dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional, Direktorat Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi, No.2023-01.BRIN. © Badan Riset dan Inovasi Nasional, ISSN No.2502-5015. REVITALISASI RISET OBAT BAHAN ALAM (OBA): KUNCI MENUJU PERCEPATAN PENEMUAN KANDIDAT FITOFARMAKA. Policy Brief Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi. Penulis: Setiowiji Handoyo*, Rosita Riris Puspitosari, Poppy Indah Dwi Prastiti, Rizki Firmansyah, Anwar Tri Anafi, Yani Sofyan, Erry Ricardo Nurzal, Santosa Yudo Warsono, Lenggogeni

Beikut ini tiga hal yang menjadi penyebab penemuan kandidat Fitofarmaka belum banyak dihasilkan dari kegiatan riset yang dilakukan oleh BRIN, yaitu:

Pertama, tema/topik riset obat bahan alam (OBA), khususnya Fitofarmaka, belum mengacupada kriteria target penyakit yang akan diatasi dan kompetitor harga obat kimia yang sudah ada di pasar.

Peraturan BRIN No.6/2023 tentang Rencana Strategis BRIN Tahun 2022-2024 menyebutkan bahwa Prioritas Riset Nasional 2020-2024, khusus pada Fokus Riset Kesehatan mengambil Tema Riset tentang Teknologi produksi sediaan obat (berbasis bahan baku alam) dan BBO dalam negeri untuk penguatan industri farmasi nasional. Target capaian yang diharapkan berupa bahan baku Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka yang mampu mencukupi kebutuhan penduduk dalam negeri dan dapat diekspor.

Pada Renstra BRIN terlihat bahwa tema/topik riset OBA masih bersifat umum dan belum secara eksplisit menjelaskan target penyakit apa yang akan diatasi jika riset OBA berhasil dilakukan. Selain itu, pilihan Fitofarmaka yang akan dikembangkan juga belum mempertimbangkan kompetitor harga obat kimia yang sudah ada di pasar. Kriteria yang jelas dalam pemilihan tema/topik riset Fitofarmaka sangat penting untuk diterapkan karena terkait dengan kalkulasi industri yang bersedia untuk memanfaatkan kandidat Fitofarmaka yangdihasilkan dari kegiatan riset.

Kedua, pemilihan topik riset Fitofarmaka belum dilakukan secara kolaboratif dan terintegrasi antar Organisasi Riset (OR) dan Pusat Riset (PR).

BRIN dibentuk agar kegiatan litbangjirap, invensi dan inovasi dapat dilakukan secara terintegrasi dan tidak tumpang tindih dalam hal penyusunan perencanaan, program, anggaran, dan sumber daya iptek. Terdapat dua Organisasi Riset dan enam Pusat Riset yang memiliki topik/tema riset yang terkait dalam pengembangan sediaan farmasi, yaitu PR Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, PR

Vaksin dan Obat, PR Biologi Molekuler Eijkman, PR Kedokteran Preklinis dan Klinis di OR Kesehatan. Kemudian, PR Hortikultura dan Perkebunan, dan PR Agroindustri di OR Pertanian dan Pangan.Kegiatan utama yang dilakukan oleh PR Hortikultura dan Perkebunan adalah bioprospeksi/ pengungkapan potensi sumber daya genetik untuk menghasilkan inovasi bibit unggul dengan pendekatan berbagai macam teknologi (precision, smart farming, berkelanjutan) yang arahnya pada ecofriendly berskala nasional dan spesifik lokasi. Dua output yang ada di PR HP adalah calon varietas/galur dan teknologi budidaya. Lingkup komoditas salah satunya yang terkait dengan bahan baku obat tradisional adalah tanaman rempah dan obat.

Kemudian, PR BBOOT terdiri dari tujuh kelompok riset/kelris yaitu: Bioaktivitas Bahan Alam, Bioprospeksi dan Kemoprospeksi, Farmakologi dan Toksikologi, Kimia Medisinal dan ArtificialIntelegence, Etnofarmakologi dan Pengembangan Produk Bahan Alam, Kimia Bahan Alam dan Standarisasi Bahan Baku Obat Tradisional. Kegiatan riset dimulai dari penyiapan sampel ekstraksi dan penyiapan sediaan uji.  

Walaupun pengembangan fitofarmaka tidak menjadi prioritas di PR Agroindustri namun terdapat beberapa periset PR Agroindustri yang fokus riset terkait tanaman obat menjadi tim teknis Pusat Pengolahan dan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) dan Pusat Ekstraksi Daerah (PED) yang merupakan pusat untuk pengembangan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kegiatan riset obat bahan alam guna penemuan kandidat Fitofarmaka telah dilakukan oleh para periset akan tetapi masih belum terintegrasi antar Pusat Riset maupun antar Organisasi Riset. Kegiatan riset yang dijalankan Pusat Riset belum dilakukan secara kolaboratif dan terintegrasi dalam satu desain/program riset dengan target mendukung penemuan kandidat Fitofarmaka. Hal ini disebabkan kegiatan riset yang diajukan masih bersifat bottom up berdasarkan usulan dari masingmasing periset.

Ketiga, riset Fitofarmaka yang dilakukan masih menggunakan metode/teknik konvensional.

Riset dan pengembangan Fitofarmaka memerlukan tahapan dari penyiapan bahan baku (simplisia, ekstrak, dan fraksi), pengujian (uji in vitro, uji toksisitas, uji farmakodinamik, formulasi, pembuatan sediaan, scale up), uji klinik (fase 1, fase 2, fase 3), registrasi, dan komersialisasi sehinga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sebagai contoh riset Fitofarmaka Lipidcare untuk sampai pada tahap uji klinik head to head membutuhkan waktu lebih dari 15 tahun. Kondisi ini menunjukkan perlu adanya metode/teknik lain yang memungkinkan tahapan dan waktu riset bahan alam hingga menjadi obat bahan alam (Fitofarmaka) dapat dilakukan secara lebih singkat dan cepat sehingga hasil riset dapat segera dimanfaatkan oleh industri.

Berdasarkan perumusan permasalahan di atas maka kajian ini memfokuskan pada solusi mengatasi terbatasnya kandidat Fitofarmaka yang dihasilkan dari kegiatan riset di BRIN. Permasalahan ini penting untuk diselesaikan mengingat kandidat Fitofarmaka yang dihasilkan diharapkan dapat segera dimanfaatkan lebih lanjut oleh industri. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: