Keunggulan OMAI Dipresentasikan Pada Forum Internasional BPOM-WHO
Tanggal Posting : Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:13
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 233 Kali
Keunggulan OMAI Dipresentasikan Pada Forum Internasional BPOM-WHO
Keunggulan OMAI yang sukses dipasarkan di pasar Nasional dan di pasar global menjadi sorotan Forum Internasional BPOM- WHO.

OMAIdigital.id- Produsen OMAI-Obat Modern Asli Indonesia yaitu Dexa Group menegaskan tentang pentingnya riset dan standardisasi mutu dalam pengembangan obat bahan alam (OBA)- yang dikemukakan pada Forum Internasional Capacity Building and Workshop on Quality Standardization of Extracts and Quality Control Assessment in Traditional Medicine Products- yang diselenggarakan BPOM Republik Indonesia bersama World Health Organization (WHO), di Jakarta pada 19-21 Agustus 2025.

Director of Business Development and Scientific Affairs Dexa Group, Prof. Raymond Tjandrawinata memaparkan keberhasilan obat herbal modern hanya dapat dicapai bila riset ilmiah berjalan seiring dengan kontrol mutu yang ketat.

DLBS WHO 1

"Produk herbal yang baik, dengan kontrol kualitas yang ketat, serta dikerjakan oleh saintis yang kompeten dapat sejajar dengan obat kimia modern," ungkap Prof. Raymond, dalam paparannya "Ensuring the Quality of Innovative Technology of Natural Medicine Products", dilansir keterangan tertulis, Kamis, 21 Agustus 2025.

Melalui Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Dexa Group menggunakan pendekatan biomolekuler untuk menemukan fraksi bioaktif dari sumber alam, seperti cacing tanah dan ikan gabus.

Produk Dexa Group yang telah masuk Formularium Fitofarmaka seperti: Stimuno, Inlacin, Redacid, dan Disolf telah melalui uji klinis dengan standar internasional dan bahkan terdaftar patennya di berbagai negara.

Sebagai contoh, Redacid dari kayu manis sudah terdaftar pantennya di Eropa, Jepang, Australia, Taiwan dan Korea Selatan.

Herbal Indonesia Dapat setara Produk Herbal Dunia

Lebih jauh, Prof. Raymond menyoroti perlunya dukungan pemerintah untuk mendorong jamu Indonesia setara dengan produk herbal dunia.

"Di India ada Ayush Ministry, levelnya kementerian. Itu artinya Ayush sangat dihormati, bukan hanya di India tetapi juga secara internasional, dengan nilai pasar mencapai USD15 miliar. Komitmen pemerintah India untuk mendukung Ayush sangat besar. Indonesia juga perlu keberanian yang sama agar obat herbal kita bisa berkembang di tingkat global," ungkap Prof. Raymond.

DLBS WHO 2

Hal senada disampaikan Dr. Galib dari All India Institute of Ayurveda. Galib menjelaskan regulasi di negaranya diatur melalui Drugs & Cosmetics Act 1940 yang mencakup Ayurveda, Siddha, dan Unani. India bahkan memiliki Ayush Ministry setingkat kementerian yang bertugas khusus mengembangkan sektor ini.

Sebagai jaminan mutu, India menerapkan Quality Certification Systems melalui Quality Council of India. Produk yang sesuai standar domestik diberi tanda Ayush Standard Mark, sementara produk yang memenuhi standar internasional mendapat Ayush Premium Mark. Pemerintah juga menerbitkan Essential Drug Lists untuk Ayurveda serta pedoman evaluasi keamanan dan khasiat produk.

"Langkah ini menunjukkan dukungan regulasi, sertifikasi, dan kebijakan yang kuat dari pemerintah mampu membawa Ayurveda diterima luas dalam sistem kesehatan resmi maupun pasar global," kata Dr. Galib.

Forum yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi momentum kolaborasi internasional untuk mengintegrasikan obat tradisional dalam sistem kesehatan modern berbasis bukti ilmiah, sejalan dengan strategi WHO Traditional Medicine 2025-2034.

DLBS WHO 3

Prof. Raymond menambahkan tentang perlunya regulasi yang mengatur OBA yang sudah Fitofarmaka dapat segera masuk dalam Program BPJS Kesehatan. "Ini harapan kami semua produsen OBA yang sudah Fitofarmaka atau OHT," tegasnya.

Pakar Herbal Alumni Fakultas Farmasi UGM, Apoteker Victor S. Ringoringo juga mengatakan bahwa jika pasar Fitofarmaka dan OHT tidak masuk di dalam Pelayanan Kesehatan, maka para produsen OBAT tidak lagi tertarik melakukan riset dan memproduksi Fitofarmaka atau OHT.

Fenomena ini sudah terjadi, dimana sudah beberapa tahun terakhir ini, tidak ada tambahan produk Fitofarmaka. Jika Fitofarmaka atau OHT masuk program BPJS Kesehatan, maka para produsen OBA akan antusias meriset dan memproduksi OBA yang teruji pra klinis dan uji klinis. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: