![]() |
| Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes. dari FK-KMK UGM ikut membeberkan Potensi Biodiversitas dan Biomedicine di IKN. Apa saja peluangnya...? |
OMAIdigital.id- Biodiversitas IKN (Ibu Kota Nusantara) sebagai bagian integral dari biodiversitas nasional, memberikan potensi luar biasa untuk pengembangan produk dan teknologi berbasis alam. Mengintegrasikan nilai-nilai konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan, pengembangan biodiversitas di Kalimantan melibatkan sektor-sektor seperti konservasi alam, penelitian ilmiah, dan pengembangan produk herbal.
Di samping itu, Kalimantan juga memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan teknologi kesehatan berbasis herbal. Tanaman obat tradisional yang tumbuh melimpah di kawasan ini menawarkan peluang dalam pengembangan obat-obatan inovatif yang dapat mendukung kesehatan masyarakat secara holistik.
Ibu Kota Nusantara (IKN) terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur menawarkan keanekaragaman hayati yang melimpah. Keberagaman ekosistem, hutan hujan tropis, hingga daerah perairan menjadi tempat hidup bagi berbagai biodiversitas.
Potensi ini memberikan kesempatan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan. Atas dasar itulah, Universitas Gadjah Mada menggelar Round Table Discussion bertema "IKN, Biodiversitas, dan Pengembangan Biomedical Berbasis Herbal" pada Selasa, 28 November 2023.
Kalimantan ini kaya akan biodiversitas, termasuk tanaman obat. Ada 80% spesies tanaman obat dunia yang ada di Indonesia. Dan tanaman obat yang terdaftar di BPOM ini ada sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman. Nantinya kalau kita benar-benar pindah ke IKN, tentunya ini sangat potensial, Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes., dari FK-KMK UGM menjelaskan.
Mayoritas tanaman obat tersebut sudah digunakan oleh kurang lebih 55 suku Dayak di Kalimantan. Beberapa tanaman yang sangat potensial antara lain adalah, tanaman pasak bumi, sarang semut, akar kuning, sekungbak, bajakah, dan lain-lain.
Para pembicara yang tampil pada FGD ini adalah: 1. Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes., FK-KMK UGM, 2. Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc., Fakultas Biologi UGM, 3. Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt., Fakultas Farmasi UGM, 4. Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA.,FK-KMK UGM, 5. Dr. Rimawati, SH., M.Hum., Fakultas Hukum UGM.
- Berita Terkait: Breaking News: Policy Brief Fitofarmaka Potensial Masuk Jaminan Kesehatan Nasional
- Berita Terkait: OMAI Fitofarmaka Harus Masuk Formularium Nasional agar Penggunaannya di Yankes Makin Luas
- Berita Terkait: Potensi Besar Fitofarmaka Diresepkan Dokter dan Masuk Pelayanan Pengobatan Modern
Kegiatan Round Table Discussion (RTD) putaran keempat ini bertujuan untuk:
- Mendiskusikan tingkat biodiversitas flora dan fauna di IKN dan jenis tumbuhan herbal potensial untuk pengobatan.
- Mengindentifikasi isu-isu strategis IKN terkait dengan upaya menjaga keanekaragaman hayati dan pengembangan solusi biomedis berbasis kearifan lokal.
- Membangun strategi kolaborasi dan sinergi dengan berbagai stakeholders, peneliti lokal, komunitas adat, dan lembaga pelestarian alam untuk pengembangan IKN.
- Memberikan usulan kebijakan ataupun regulasi terkait pengembangan produk obat berbasis herbal dan perlindungan keanekaragaman hayati di IKN.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa tanaman-tanaman herbal di daerah Kalimantan mayoritas bisa mengatasi kanker, gangguan organ dalam, bahkan bisa menjadi bahan baku kosmetik yang potensial. Namun hingga saat ini, belum ada upaya untuk mengeksplorasi lebih jauh potensi tersebut di industri.
Prof. Mustofa menambahkan memang kerja sama interdisiplin tidak mudah dilakukan dalam hal ini. Faktanya penelitian antar disiplin memang sudah banyak dilakukan, namun dari sektor industri, pemerintah, ataupun masyarakat belum memiliki visi yang sama untuk mengembangkan potensi biodiversitas di daerah IKN, ungkapnya seperti dikutip di laman web ugm.ac.id
Keanekaragaman hayati tanaman obat asal Kalimantan, lanjut Prof. Mustofa dengan mengumpulkan data dan informasi etnomedisinal Suku Dayak dari berbagai literatur ilmiah dari lembaga terkait, studi lapangan, dan jurnal yang tersedia, Data yang telah dikumpulkan sebanyak 748 spesies dari 55 etnis Suku Dayak.

Dalam makalah yang diterima oleh Redaksi OMAIdigital.id- secara khusus, Prof. Mustofa membeberkan Bukti ilmiah dari beberapa tanaman obat, dengan mengambil contoh anatra lain Pasak Bumi, adalah sebagai berikut: Traditional used (Sexual disfunction, Fever, Malaria. Jaundice, Cachexia, Dropsy, Cancer, Diabetes, Etc.). Activities (Aphrodisiac, Antiplasmodium, Antiproliferative, Antimicrobial, Antiinflammatory). Active compounds (>70 isolated compounds). Clinical studies (Sexual performance, Well-being in men, Supplement for physically active aged male and female).
Diharapkan output dari FGD ini adalah sebagai berikut: Rumusan hasil diskusi dalam bentuk serial policy brief, Serial monograf tentang biodivers. Universitas Gadjah Mada berharap dapat terwujud pemahaman yang lebih mendalam mengenai potensi tanaman herbal, upaya konservasi, kolaborasi dengan pemangku kepentingan, dan kerangka regulasi yang dapat mengarahkan pengembangan berkelanjutan di sektor biodiversitas dan teknologi kesehatan berbasis herbal di Ibu Kota Nusantara.
Sumber biodiversitas Indonesia yang berlimpah dapat menjadi solusi untuk mewujudkan Kemandirian Obat Nasional yang berbasis kekayaan hayati. Membangun eko sistem kesehatan dengan memasukkan obat herbal yang sudah teruji khasiatnya melalui uji klinis (OMAI Fitofarmaka) akan mengakselerasi resiliensi Kesehatan Nasional. Redaksi OMAIdigital.id



















