![]() |
Penelitian yang dilakukan Nina dan tim membahas tentang potensi sumber daya alam Indonesia yang dikarakterisasi kandungan kimianya. |
OMAIdigital.id- Nina Artanti, Profesor riset dari Kelompok Riset Nutrasetikal dan Kimia Organik Pusat Riset Kimia Maju memaparkan riset dengan judul "Karakterisasi Kimia dan Uji Bioaktivitas Bahan Alam Indonesia sebagai Bahan Nutrasetikal".
Penelitian yang dilakukan Nina dan tim membahas tentang potensi sumber daya alam Indonesia yang dikarakterisasi kandungan kimianya. Penelitian ini menunjukkan bioaktivitas seperti antioksidan dan α-glukosidase dalam bentuk ekstrak atau minuman fungsional.
Nina dalam acara webinar ORNAMAT seri ke-40 pada Selasa, 19 Desember 2023 mengungkapkan "Pengembangan material fungsional nutrasetikal yang bermanfaat untuk pencegahan penyakit tidak menular. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat dikomersialisasikan di masa yang akan datang".
Dikutip dari website BRIN, Nina mengulas mengenai penelitian yang pertama yaitu analisa fraksi etil asetat (FEA) kombucha jambu biji. Penelitian ini tentang aktivitas antioksidan serta aktivitas penghambatan α-glukosidase. "Sampel FEA kombucha mengalami peningkatan dibandingkan dengan FEA jambu biji yang tidak difermentasi," kata Nina.
- Berita Terkait: Policy Brief BRIN: 3 Alternatif Rekomendasi Riset Fitofarmaka. Salah Satunya Fitofarmaka Masuk JKN
- Berita Terkait: Menkes Apresasi Nakes Kembangkan Herbal. Ada Dua Pendekatan Inovasi Obat Bahan Alam
- Berita Terkait: Policy Brief BRIN: Ada 3 Kendala Besar Riset Menemukan Kandidat Fitofarmaka
Menurutnya, analisis GC-MS terhadap FEA sampel yang tidak difermentasi dan kombucha menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Asam lemak tak jenuh juga diduga berkontribusi terhadap bioaktivitas.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil) dan ABTS (2,2 Azinobis (3-Etilbenzotiazolin)-6-Asam Sulfonat). "Pada volume sampel yang sama aktivitas antioksidan yang diukur dengan metode ABTS lebih tinggi dibandingkan dengan metode DPPH," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui senyawa aktif antioksidan dan penghambat α-glukosidase yang terkandung dalam fraksi etil asetat kombucha jambu biji.
Selanjutnya, Nina memaparkan penelitian kedua yaitu analisa kombucha katuk, kelor, dan campurannya. Penelitian ini dilakukan dengan memakai daun katuk dan kelor menunjukkan aktivitas AGIS (penghambat α-glukosidase) dan aktivitas antioksidan, baik sebagai sediaan tunggal maupun campuran, serta sediaan tanpa fermentasi maupun kombuchanya.
Aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan tren aktivitas yang berbeda ketika menggunakan metode ABTS. "DPPH menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan lebih tinggi pada sampel kombucha, sedangkan ABTS menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi pada sampel yang tidak difermentasi," terangnya.
Kemudian melalui analisis HPLC (High-Performance Liquid Chromatography) menunjukkan adanya perbedaan kandungan gula dan asam pada sampel tanpa fermentasi dan sampel kombucha. "Analisis lebih lanjut terhadap kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan perlu dilakukan," ucap Nina.
Sebagai penutup, Nina menyampaikan bahwa riset yang berkaitan dengan isu nasional yaitu tentang karakteristik kimia dan bioaktivitas dari bahan alam Indonesia, akan meningkatkan pemanfaatan bahan alam lokal untuk kesehatan. "Bahan alam dapat melakukan pencegahan penyakit atau pun meningkatkan imunitas, sehingga di masa depan akan mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat," pungkasnya. Redaksi OMAIdigital.id