Program Prioritas Hilirisasi Presiden Prabowo. Ini Dia Implementasi Hilirisasi Riset Obat Nasional
Tanggal Posting : Rabu, 23 Oktober 2024 | 09:41
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 792 Kali
Program Prioritas Hilirisasi Presiden Prabowo. Ini Dia Implementasi Hilirisasi Riset Obat Nasional
International Drug Development Researcher, Prof. Raymond R. Tjandrawinata menjelaskan proses hilirisasi riset obat yang dilakukan oleh DLBS Dexa Group kepada Menkes, Budi Gunadi Sadikin.

OMAIdigital.id- Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memiliki 17 Program Prioritas dan Delapan Program Hasil Terbaik Cepat untuk dicapai pemerintahannya bersama Kabinet Merah Putih.

Satu diantara Progam Prioritas adalah: Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA) dan maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas- luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi.

Hilirisasi merupakan aktivitas pengembangan lebih lanjut hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi, agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, lembaga/instansi, dan DUDI (Kemristekdikti, 2019).

Dimaknai juga sebagai prosedur atau cara untuk mendekatkan hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi kepada penggunanya, yaitu masyarakat umum, lembaga pemerintahan, atau industri.

Jika ingin berhasil melakukan hilirisasi produk hasil riset Obat Herbal Terstandar (OHT) atau Fitofarmaka yang kini dikenal sebagai OMAI-Obat Modern Asli Indonesia, maka perlu memahami dan Manajemen Tahapan Hilirisasi Produk!

Tahapannya secara umum terdiri dari up stream dan down stream, yaitu terkait dalam beberapa hal penting ini, yaitu: raw material, suppliers, manufacture, distribution, consumers. Dan menggunakan diagram Proses Hilirisasi Produk: Standardisasi Bahan Baku, Uji Pra-klinik dan Uji Klinik.

Apa peluang yang dapat diperoleh: Sebagai substituent, Sebagai komplementer, Sebagai adjuvant Therapy. Lantas apa tantangannya? Masih banyak penelitian yang belum terhilirisasi atau masih dalam proses.

Siapa para pengampu kepentingan yang terkait sebagai kunci masa depan obat herbal? Adalah: ABGCM (Academica, Business, Government, Community, Media).

Menkes di DLBS Dexa Group 2023

Keterangan Foto: Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin saat mengunjungi Pusat Riset OMAI DLBS Dexa Group di Cikarang, Tahun 2023 disambut Pimpinan Dexa Group, Ferry Soetikno.

Amanat UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, Pasal 325, sebagai berikut: Penelitian dan pengembangan Obat Bahan Alam bertujuan untuk: a. mewujudkan kemandirian industri farmasi nasional guna mendukung ketahanan kefarmasian.

b. memanfaatkan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan. c. menjamin pengelolaan potensi alam sehingga mempunyai daya saing yang tinggi sebagai sumber ekonomi masyarakat; dan. d. menyediakan Obat Bahan Alam untuk memelihara Kesehatan yang terjamin mutu, khasiat, dan keamanannya serta teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas untuk pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau pemeliharaan Kesehatan.

Pada 21 Desember 2023, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengunjungi Pusat Riset OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) -DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences) Dexa Group di Cikarang, Jawa Barat didampingi Direktur Jenderal Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Lucia Rizka Andalusia.

Pada kesempatan tersebut Menkes disambut oleh antara lain: Pimpinan Dexa Group, Ferry Soetikno, Direktur Eksekutif DLBS Dexa Medica, Raymond Tjandrawinata dan Direktur Utama Dexa Medica, Hery Sutanto. Saat berada di Pusat Riset OMAI DLBS, Menkes mendapat update dari Ferry Soetikno dan Raymond Tjandrawinata tentang hilirisasi hasil riset DLBS.

Berikut ini penuturan International Drug Development Researcher, Prof. Raymond R. Tjandrawinata- yang juga Executive Director DLBS Dexa Group: 

Dexa Group selama ini secara konsisten melakukan riset dan kemudian melakukan hilirisasi dengan memprodukasi dan memasarkan produk OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) ke pasar Nasioal dan ke pasar global. Dexa Group merupakan pioner produsen OMAI dan hingga kini memproduksi OMAI terbanyak di Indonesia.

Sediaan produk obat herbal OMAI, memiliki sejumlah keunggulan, antara lain: nilai tambah ekonomi tinggi, menambah alternatif  atau substitusi terhadap  obat kimia konvensional, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap obat impor.

Salah satu keuggulan produk OMAI Dexa Group, sebagaimana dikemukakan oleh Raymond R. Tjandrawinata, Executive Director DLBS adalah penggunaan teknologi penapisan modern dengan cara TCEBS (Tandem Chemistry Bioassay System).

Menurut Raymond dengan metode TCEB dapat menghasilkan berbagai (fraksi) ekstrak  bioaktif, di mana setiap ekstrak tersebut  bersifat unik satu terhadap yang lainnya. "Hal ini dapat menerangkan etnofarmakologi, yakni pemakaian tanaman yang sama untuk tujuan pengobatan penyakit yang berbeda antara etnik yang satu dengan yang lain," ungkap Raymond Tjandrawinata dalam berbagai kesempatan.

Proses ekstraksi di DLBS menggunakan Advance Fractionation Technology (AFT)- suatu proses pembuatan ekstraksi bertingkat untuk menemukan fraksi spesifik yang tepat untuk mengobati penyakit. Bioactive fraction yang dihasilkan DLBS memiliki kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak biasa.

Bahan baku yang dihasilkan DLBS merupakan hasil riset sendiri yang berasal dari biodiversitas Indonesia. "Dimulai dari penelitian biomolekuler, percobaan farmakologi hewan hingga uji klinis pada pasien-pasien di berbagai kota di Indonesia," kata Raymond Tjandrawinata menambahkan.

Keunggulan OMAI Dexa Group, antara lain: Memanfaatkan biodiversitas Indonesia, Mengimplementasikan prinsip Farmakologi dan Bioteknologi, Melakukan uji klinik untuk melengkapi medical-evidence, Memproduksi bahan baku obat herbal berdasarkan CPOTB-IEBA (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik-Industri Ekstrak Bahan Alam), Sarat dengan Intellectual Property Right (HaKI).

Atas Inovasi Pengembangan Obat Dalam Negeri ini, Dexa Medica medapat penghargaan dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani  pada 11 Februari 2015.

Menkes dan Pimpinan Dexa Group 2023

Inovasi dan Hilirisasi Riset OMAI untuk Masyarakat Dunia

Salah satu institusi yang memiliki komitmen melakukan riset bahan alam untuk menemukan obat-obat baru dari alam Indonesia adalah DLBS Dexa Medica- yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.

DLBS kini telah mampu memproduksi bahan baku aktif obat herbal dalam bentuk bioactive fraction. Prestasi ini, menjadikan DLBS sebagai lembaga pertama yang mampu memproduksi bioactive fraction herbal di Indonesia. Bahan baku aktif obat herbal dari DLBS ini dipatenkan di Indonesia dan di Internasional melalui skema Patent Cooperation Treaty.

DLBS memiliki 56 paten di berbagai negara (Amerika, Eropa, Australia, Jepang, Korea, dan beberapa negara lain), dan 10 paten di Indonesia. Prestasi ini mendapat penghargaan dari Wakil Presiden Republik Indonesia, M. Jusuf Kalla yang menyerahkan Anugrah Kekayaan Intelektual 2018, WIPO Medal for Inventors pada 26 April 2018.

Produk DBLS yang sukses dipasar nasional dan melenggang ke pasar global, antara lain: Stimuno (Sistem Imun), Levitens (Hipertensi), Inlacin (Diabetes), Disolf (Memperbaiki Sirkulasi Darah) dan Diabetadex (Diabetes), Redacid (Gangguan Lambung), Inbumin (Membantu Penyembuhan Luka).

Produk DLBS lainnya: Phalecarp (Kanker Payudara), HerbaKOF (Obat Batuk), HerbaVOMITZ (Obat Kembung dan Mual), HerbaCOLD (Obat Gejala Pilek dan Sakit Tenggorakan), HerbaPAIN (Obat Nyeri Kepala).

Seluruh produk OMAI DLBS juga tercantum pada: Buku Informatorium Obat Modern Asli Indonesia yang diterbitkan Badan POM.

Produk Dexa Group tidak hanya untuk konsumen lokal, tetapi juga diekspor ke berbagai negara di empat benua, yakni: Afrika, Asia, Amerika, dan Eropa. Saat ini, produk OMAI Dexa Group telah dipasarkan di beberapa negara ASEAN, antara lain: Singapura, Filipina, Kamboja, Vietnam.

Dexa Group telah tiga kali menerima Primaniyarta Award (Penghargaan Tertinggi dari Pemerintah untuk Eksportir Berprestasi), Kategori Pembangun Merek Global:

  • Pertama Tahun 2005, diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 5 Oktober 2005.
  • Kedua Tahun 2018, diserahkan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita, pada 24 Oktober 2018.
  • Ketiga Tahun 2019, diserahkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, M. Jusuf Kalla pada 16 Oktober 2019. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: