![]() |
Raymond R. Tjandrawinta-Periset OMAI Terpilih Sebagai Peneliti Terbaik SINTA 2020. Foto: @dharmadexa |
OMAIdigital.id- Periset OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) dari DLBS PT Dexa Medica, Dr. Raymond R. Tjandrawinata, masuk dalam daftar Peneliti Terbaik SINTA (Science and Technology Index) 2020- yang diumumkan oleh Menteri Riset dan Teknologi/BRIN, Prof. Bambang Brodjonegoro, pada Kamis, 28 Mei 2020.
Dr. Raymond R. Tjandrawinata, PhD., MS., MBA., Executive Director DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences) Dexa Medica menjelaskan bahwa OMAI dipersiapkan untuk digunakan lebih luas oleh masyarakat Indonesia dan dokter-dokter di Pelayanan Kesehatan di seluruh Indonesia. "OMAI juga merupakan kebanggaan Indonesia, jadi kita harus selalu menggunakan pruduk yang diriset di Indonesia, untuk masalah Kesehatan bangsa," kata Raymond saat dihubungi Redaksi JamuDigital.Com, Jum’at pagi, 29 Mei 2020.
Dr. Raymond R. Tjandrawinata yang juga- Kepala Program Studi Magister Bioteknologi Universitas Atma Jaya Jakarta ini, masuk dalam daftar peneliti terbaik di Science and Technology Index (SINTA) 2020, yang diumumkan pada acara SINTA SERIES "Pemeringkatan Peneliti Indonesia 2020"- dilakukan secara virtual oleh Kemenristek/BRIN.
Menurut Menristek, publikasi menjadi sangat penting, dan melalui pemeringkatan kinerja ilmuwan Indonesia ini diharapkan, agar para dosen, peneliti, pengelola jurnal, serta institusi produktif dalam melakukan publikasi, sitasi, dan pengelolaan jurnalnya.
- Berita Terkait: Strategi Mulia DLBS Dexa Medica Memajukan Obat Herbal Indonesia
- Berita Terkait: Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, Pusat Riset OMAI yang Mendunia
- Berita Terkait: Presiden Jokowi Tinjau Stand Obat Modern Asli Indonesia di TEI 2018
"Kalau kita lihat publikasi di ASEAN secara kuantitas, pencapaian publikasi Indonesia cukup baik di mana pada 2019 publikasi yang dihasilkan dari Indonesia paling tinggi. Namun ada catatan, yakni mengenai kualitas publikasi dan apakah publikasi dari hasil riset dan pengembangan ini juga bisa dihilirisasi, sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat dalam skala yang lebih luas," ujar Menristek/BRIN.
Sementara itu, PLT Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek/BRIN, Muhammad Dimyati mengatakan SINTA merupakan satu inovasi sistem informasi IPTEK yang dibangun untuk mengukur kinerja individu, institusi, dan networking-nya dari peneliti, perekayasa, dan dosen di Indonesia.
Secara garis besar, SINTA dikembangkan pertama pada akhir 2016 dan diperkenalkan pada Januari 2017. Hingga saat ini, SINTA telah mengelola 194.904 penulis yang telah diverifikasi, 4.607 jurnal, hingga 2 juta lebih dokumen publikasi ilmiah yang diintergrasikan dengan Google. Ke depannya, SINTA akan didorong go internasional karena saat ini telah mencakup 4.500 perguruan tinggi, peneliti, dan perekayasa yang menyebar di berbagai lembaga.
Raymond Tjandrawinata menyampaikan terima kasih dan rasa syukur atas pemeringkatan yang diperolehnya. "Kami bersyukur sekaligus berterima kasih kepada Kemenristek/BRIN atas apresiasi ini. Hal ini merupakan bentuk apresiasi pemerintah untuk kegiatan penelitian dan pengembangan para saintis di Indonesia dan juga Dexa Group. Dengan apresiasi ini semoga peneliti menjadi lebih bersemangat lagi melakukan kegiatan litbang dalam menghasilkan produk farmasi yang inovatif dan berkualitas tinggi sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas, bangsa, dan negara," kata Dr. Raymond.
Dr. Raymond Tjandrawinata menjadi peneliti yang aktif mempublikasikan penelitiannya. Beragam produk OMAI yang berasal dari tanaman asli Indonesia telah dikembangkan bersama dengan timnya sejak tahun 2005 di DLBS.
OMAI telah digunakan untuk berbagai penyakit, seperti pencegahan stroke, penyakit jantung koroner, pengobatan diabetes melitus, pengobatan kanker payudara, pengobatan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis, pengobatan hiperplasia prostat jinak, pengobatan kanker prostat, pengobatan nyeri haid, pengobatan tukak lambung, pengobatan nyeri otot dan sakit kepala, pengobatan kembung dan mual, dan pengobatan batuk serta pilek. OMAI hasil penelitiannya, telah dipasarkan di Indonesia, dan juga telah diekspor ke berbagai negara.
Empat indikator yang menilai kinerja peneliti adalah jumlah artikel jurnal terindeks di Scopus dengan memperhitungkan quartil jurnal tempat publikasi. Indikator kedua menurut jumlah artikel non-jurnal terindeks di Scopus dengan bobot 15. Indikator ketiga dan keempat adalah jumlah sitasi di Scopus dengan bobot 4 dan jumlah sitasi di Google Scholar dan jurnal artikel di Jurnal SINTA. Adapun data yang digunakan dalam perhitungan adalah tiga tahun terakhir yakni dokumen yang terbit pada tahun 2017 hingga 2019. Redaksi OMAIdigital.id