![]() |
Peran Dokter sangat strategis dalam rangka mendukung Kemandirian Obat Nasional dengan menggunakan Obat Bahan Alam yang telah melalui riset ilmiah dengan Teknologi Farmasi dan Kedokteran modern. |
OMAIdigital.id- Dokter memiliki peran sangat strategis untuk mendukung program Hilirisasi Obat Bahan Alam (OBA).
Sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, dokter dapat berkontribusi dalam berbagai tahap, mulai dari penelitian hingga penerapan di lapangan.
"Produk hilirisasi selain di masukkan dalam PPK Rumah sakit juga dapat masuk dalam Formularium Nasional (FORNAS) sehingga dapat masuk dalam BPJS Kesehatan," ungkap Dr.dr.Slamet Sudi Santoso,Mpd.Ked, Wakil Ketua Bidang Pembinaan Pengembangan Obat dan Yankestrad Holistik PB IDI kepada Redaksi OMAIdigital pada 22 Januari 2025.
Penjelasan Dr.dr.Slamet Sudi Santoso,Mpd.Ked terkait dengan program Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto yang menggagas 17 Program Prioritas dan Delapan Program Hasil Terbaik Cepat untuk dicapai pemerintahannya bersama Kabinet Merah Putih.
Satu diantara Progam Prioritas adalah: Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA) dan maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas- luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi.
Hilirisasi merupakan aktivitas pengembangan lebih lanjut hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi, agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, lembaga/instansi, dan DUDI (Kemristekdikti, 2019).
Dimaknai juga sebagai prosedur atau cara untuk mendekatkan hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi kepada penggunanya, yaitu masyarakat umum, lembaga pemerintahan, atau industri.
Satu diantara Progam Prioritas adalah: Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA) dan maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas- luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi.
Hilirisasi merupakan aktivitas pengembangan lebih lanjut hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi, agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, lembaga/instansi, dan DUDI (Kemristekdikti, 2019).
Secara rinci Dr.dr.Slamet Sudi Santoso,Mpd.Ked menjelaskan peran spesifik dokter dalam Hilirisasi OBA sebagai berikut:
1. Advokasi Kebijakan:
- Mendorong Kebijakan yang Mendukung: Organisasi profesi dapat melakukan advokasi kepada pemerintah agar mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan dan pemanfaatan obat bahan alam, seperti insentif fiskal, kemudahan perizinan, dan alokasi anggaran untuk penelitian.
- Memperjuangkan Standarisasi: Organisasi dapat berperan aktif dalam menyusun standar mutu dan keamanan untuk obat bahan alam, serta memastikan bahwa standar tersebut diterapkan secara konsisten.
- Mengatur Praktik Klinis: Organisasi dapat membuat pedoman praktik klinis (PPK) yang jelas terkait dan dipakai di rumah sakit sehingga penggunaan obat bahan alam, dan dokter memiliki acuan yang jelas dalam meresepkan obat bahan alam .
- Jaminan Kesehatan : Produk hilirisasi selain di masukkan dalam PPK Rumah sakit juga dapat masuk dalam Formularium Nasional (FORNAS) sehingga dapat masuk dalam BPJS Kesehatan.
2. Pendidikan dan Pelatihan:
- Meningkatkan Kompetensi Dokter: Organisasi dapat menyelenggarakan pelatihan dan workshop untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter dalam bidang obat bahan alam (OHT dan fitofarmaka).
- Menyebarluaskan Informasi: Organisasi dapat menyebarluaskan informasi terbaru mengenai penelitian dan perkembangan obat bahan alam melalui berbagai media, seperti jurnal, seminar, dan konferensi.
- Membangun Jaringan: Organisasi dapat memfasilitasi pembentukan jaringan kerja antara dokter, peneliti, dan industri untuk mempercepat proses hilirisasi.
3. Penelitian dan Pengembangan:
- Penelitian Klinis: Uji Klinis: Dokter dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan uji klinis untuk membuktikan keamanan dan efektivitas obat bahan alam. Mereka berperan dalam merekrut pasien, memantau perkembangan pasien, dan menganalisis data hasil uji klinis.
- Kolaborasi dengan Peneliti: Dokter dapat bekerja sama dengan peneliti farmasi dan herbalis untuk merancang protokol penelitian yang relevan dan valid.
- Publikasi Hasil Penelitian: Dokter dapat mempublikasikan hasil penelitiannya dalam jurnal ilmiah untuk memperkaya literatur ilmiah tentang obat bahan ala
- Mendukung Penelitian: Organisasi dapat memberikan dukungan finansial dan sumber daya lainnya untuk penelitian terkait obat bahan alam.
- Memfasilitasi Kolaborasi: Organisasi dapat memfasilitasi kolaborasi antara dokter dengan peneliti dari berbagai disiplin ilmu.
- Memublikasikan Hasil Penelitian: Organisasi dapat memfasilitasi publikasi hasil penelitian dokter dalam jurnal ilmiah yang relevan.
4. Pengawasan Mutu:
- Menegakkan Etika Profesi: Organisasi dapat menegakkan kode etik profesi dokter terkait penggunaan obat bahan alam, sehingga mencegah terjadinya penyalahgunaan.
- Memantau Efek Samping: Organisasi dapat memantau efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat bahan alam dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.
5. Komunikasi dengan Masyarakat:
- Edukasi Masyarakat: Organisasi dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan risiko penggunaan obat bahan alam.
- Mengatasi Miskonsepsi: Organisasi dapat meluruskan berbagai miskonsepsi yang beredar di masyarakat terkait obat bahan alam.
Penerapan di Lapangan:
- Preskripsi Obat bahan alam : Dokter dapat meresepkan obat herbal kepada pasien setelah melalui evaluasi yang cermat terhadap kondisi pasien dan potensi manfaat serta risiko obat tersebut.
- Edukasi Pasien: Dokter berperan penting dalam memberikan edukasi kepada pasien mengenai penggunaan obat bahan alam yang benar, termasuk dosis, cara penggunaan, dan efek samping yang mungkin terjadi.
- Monitoring Efek Samping: Dokter perlu memantau efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat bahan alam dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak terkait.
Pengembangan Kebijakan:
- Advokasi: Dokter dapat menjadi advokat untuk kebijakan yang mendukung pengembangan dan penggunaan obat bahan alam. Mereka dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan terkait regulasi, standarisasi, dan aksesibilitas obat bahan alam .
- Partisipasi dalam Forum: Dokter dapat aktif berpartisipasi dalam forum-forum diskusi dan lokakarya terkait pengembangan obat bahan alam.
Kolaborasi dengan Multidisiplin:
- Bekerja Sama dengan Farmasis: Dokter perlu bekerja sama dengan farmasis untuk memastikan ketersediaan obat bahan alam yang berkualitas dan aman.
- Kolaborasi dengan Peneliti: Dokter dapat terus berkolaborasi dengan peneliti untuk mengembangkan formulasi obat herbal yang lebih baik dan efektif.
Manfaat Keterlibatan Dokter:
- Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan: Dengan keterlibatan dokter, pasien dapat memperoleh pengobatan yang lebih komprehensif dan berbasis bukti.
- Mempercepat Proses Hilirisasi: Dokter dapat mempercepat proses hilirisasi obat bahan alam melalui penelitian klinis yang berkualitas dan penerapan di lapangan.
- Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat: Keterlibatan dokter dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan efektivitas obat herbal.
- Mengembangkan Obat Herbal yang Inovatif: Melalui kolaborasi dengan peneliti, dokter dapat berkontribusi dalam pengembangan obat herbal yang inovatif untuk mengatasi berbagai penyakit.
Apa kendala dan solusinya?
Kendala yang Sering Dihadapi Dokter dalam Meresepkan Obat Bahan Alam:
Kurangnya Data Klinis yang Kuat mengenai:
- Efikasi: Masih banyak obat bahan alam yang belum memiliki bukti ilmiah yang cukup mengenai efektivitasnya dalam mengobati berbagai penyakit.
- Keamanan: Informasi mengenai efek samping dan interaksi obat herbal dengan obat konvensional seringkali masih terbatas.
- Standarisasi yang Belum Optimal: Belum adanya standar yang jelas dan seragam untuk produksi dan distribusi obat bahan alam .
- Kualitas: Kualitas obat bahan alam yang beredar di pasaran seringkali tidak terstandarisasi, sehingga sulit untuk memastikan kemurnian dan kandungan senyawa aktifnya.
- Dosis: Belum adanya dosis yang baku untuk setiap jenis obat bahan alam dan kondisi penyakit yang berbeda-beda.
Kurangnya Referensi:
- Literatur Ilmiah: Terbatasnya literatur ilmiah yang mudah diakses dan ditulis dalam bahasa Indonesia.
- Pedoman Praktik Klinis: Kurangnya pedoman praktik klinis yang komprehensif mengenai penggunaan obat bahan alam .
- Persepsi Masyarakat: Anggapan Aman: Masyarakat seringkali menganggap obat bahan alam mengatakan selalu aman tanpa efek samping, sehingga kurang waspada terhadap potensi risiko.
- Kurang Percaya: Sebagian masyarakat masih kurang percaya terhadap efektivitas obat bahan alam dibandingkan obat konvensional.
- Regulasi yang Kompleks: Perizinan: Proses perizinan untuk obat herbal seringkali dianggap rumit dan memakan waktu yang lama.
- Klaim Manfaat: Adanya batasan dalam mengklaim manfaat obat bahan alam yang dapat menyebabkan kebingungan.
- Kurangnya Edukasi: Masih banyak dokter yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang obat bahan alam.
Bagaimana Solusinya?
- Pendidikan dan pelatihan
- Peningkatan Penelitian: Perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif untuk menghasilkan data klinis yang kuat.
- Penguatan Regulasi: Perlu adanya regulasi yang jelas dan komprehensif untuk mengatur produksi dan distribusi obat bahan alam.
- Peningkatan Edukasi: Perlu dilakukan pelatihan bagi dokter dan tenaga kesehatan lainnya tentang obat bahan alam
- Peningkatan uji klinis obat bahan alam
- Pengawasan mutu,keamanan obat bahan alam
Dokter memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung program hilirisasi obat bahan alam. Dengan keterlibatan aktif dokter, diharapkan dapat dihasilkan obat bahan alam yang aman, efektif, dan terjangkau bagi masyarakat.
Cara Meningkatkan Pengetahuan Dokter tentang Obat Bahan Alam:
Pendidikan Kedokteran Komprehensif:
- Kurikulum: Mengintegrasikan materi tentang obat bahan alam ke dalam kurikulum pendidikan kedokteran sejak dini.
- Mata Kuliah Khusus: Menyediakan mata kuliah khusus tentang obat bahan alam (fitofarmaka) yang membahas aspek farmakologi, klinis, dan regulasi.
Pelatihan Berkelanjutan:
- Workshop dan Seminar: Mengadakan workshop dan seminar secara berkala untuk memperbarui pengetahuan dokter mengenai perkembangan terbaru di bidang obat bahan alam.
- Program Sertifikasi: Menyediakan program sertifikasi untuk dokter yang ingin mendalami pengetahuan tentang obat bahan alam.
Akses ke Informasi:
- Database: Membangun database yang komprehensif mengenai obat bahan alam , termasuk data klinis, farmakologi, dan regulasi.
- Jurnal Ilmiah: Memfasilitasi akses dokter terhadap jurnal ilmiah yang relevan.
- Kolaborasi dengan Ahli Herbalis: Bekerja sama dengan herbalis untuk mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan tradisional obat bahan alam.
- Peneliti: Berkolaborasi dengan peneliti untuk melakukan penelitian bersama mengenai obat bahan alam.
- Pedoman Praktik: Menyusun pedoman praktik klinis jelas dan mudah dipahami dan dipakai di seluruh layanan Kesehatan.
- Adanya Forum Diskusi: Memfasilitasi forum diskusi untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. Redaksi OMAIdigital.id