![]() |
Dr. Muhammad Dimyati, Plt. Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristek saat memaparkan Riset OMAI 2020-2024. |
OMAIdigital.id- Dr. Muhammad Dimyati, Plt. Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristek/BRIN memaparkan presentasi yang cukup detil tentang RoadMap Riset Produk OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) pada saat "FGD I: Kajian Kebijakan Pengembangan Obat Tradisional Indonesia," oleh Direktorat Penelitian UGM- pada Kamis, 4 Juni 2020.
Acara FGD secara virtual ini dibuka oleh Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes., Direktur Direktorat Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dilanjutkan presentasi Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD (Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM), dengan topik: Riset dan Analisis Kebijakan Obat Tradisional di Indonesia, dan presentasi Dr. Muhammad Dimyati (Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristek/Badan Riset dan Inovasi Nasional), dengan topik: Penelitian Obat Tradisional di Perguruan Tinggi: Hambatan dan Tantangan.
FGD dipandu Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt., dan Dr.rer.nat. Nanang Fakhrudin, M.Si., Apt.
- Berita Terkait: Periset OMAI Terpilih Sebagai Peneliti Terbaik SINTA 2020
- Berita Terkait: OMAI Konsep Bersama Brand Obat Herbal Indonesia
- Berita Terkait: Wapres Jusuf Kalla Serahkan Anugrah Kekayaan Intelektual 2018 kepada DR. Raymond Tjandrawinata
Dr. Muhammad Dimyati mengawali paparannya dengan menunjukkan kekayaan biodiversitas Indonesia. Indonesia merupakan mega senter keanekaragaman hayati terbesar di dunia, berupa tumbuhan tropis dan biota laut. Sebanyak 30.000 tumbuhan tropis, 7.000 berkhasiat obat, 90% tumbuhan obat Asia ada di Indonesia.
Dia mengungkapkan bahwa meneliti obat perlu biaya yang besar & waktu yang lama, ditengah era evidence yang terukur. Hal ini, terkait adanya regulasi dari profesi dokter. Sehingga perlu diteliti, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan, dan juga untuk tujuan ekonomi dengan tetap menjaga kelestariannya.
Bisnis di bidang kesehatan dan obat merupakan highly invented dan highly regulated. Di sektor obat, bahan baku obat mostly import, sehingga harga obat mahal. Untuk itu, obat tradisional yang didorong menjadi OMAI dapat menjadi alternatif tersedianya obat dari bahan alam Indonesia, sehingga mengurangi impor bahan baku obat. Riset produk OMAI yang evidence based dapat menghasilkan obat herbal yang terukur secara kuantitatif.
"Obat tradisional Indonesia- Jamu telah dikenal dan digunakan selama berabad-abad untuk pemeliharaan kesehatan dan juga telah terbukti melawan berbagai penyakit. Ke depan perlu ditingkatkan R&D untuk penguatan knowledge based, agar obat herbal (OMAI) dapat diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional," Dr. Muhammad Dimyati menegaskan.
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) merupakan obat-obatan berbahan baku biodiversitas asli Indonesia berstandar Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka, yang dikembangkan dan ditemukan menggunakan prinsip farmakologi modern dan dirancang menurut kaidah internasional.
OHT (obat herbal terstandar) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandardisasi.
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi. Redaksi OMAIdigital.id