Fitofarmaka Meningkatkan Trust Klinisi dan Masyarakat
Tanggal Posting : Kamis, 16 Mei 2024 | 16:30
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 450 Kali
Fitofarmaka Meningkatkan Trust Klinisi dan Masyarakat
Fitofarmaka beberapa tahun terakhir ini diperkenalkan sebagai Obat Modern Asli Indonesia- OMAI dapat menjadi solusi meningkatkan peresepan OBA oleh para dokter karena sudah melalui uji klinis.

OMAIdigital.id- Pengembangan Jamu menjadi Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka dilakukan dengan selalu memperhatikan aspek keamanan, manfaat, dan mutu.

Secara khusus, kehadiran Fitofarmaka diharapkan meningkatkan keberterimaan klinisi dan masyarakat terhadap Obat Bhan Alam (OBA). BPOM selalu siap mendukung dan bersinergi dengan lintas sektor terkait untuk mengawal keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu OBA.

Demikian diungkapkan Mohammad Kashuri, Deputi 2 BPOM (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM)  pada Sarasehan Obat Bahan Alam dan Halalbihalal bersama Ikatan Alumni Farmasi Universitas Airlangga (ALFAS) di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Sabtu, 4 Mei 2024.

Sarasehan ini diselenggarakan sebagai sarana dialog bagi profesi apoteker Unair mengenai isu-isu strategis, dan potensi pengembangan obat bahan alam (OBA) di Indonesia.

Kashuri menambahkan salah satu dampak positif dari peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat adalah tumbuhnya industri wellness tourism. Wellness tourism terus dikembangkan di Indonesia sebagai wisata kesehatan dan kebugaran dengan pemanfaatan produk OBA. Inovasi penciptaan produk OBA berbasis kearifan lokal adalah kunci untuk mendukung wellness tourism dan gerakan Bangga Buatan Indonesia.

"Kita harus turut bangga karena budaya sehat jamu (Jamu Wellness Culture) telah resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda ke-13 dari Indonesia yang diakui UNESCO. Pengakuan ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar jamu dan obat herbal Indonesia makin dikenal oleh dunia," ungkap Kashuri seperti dikutip di laman web BPOM.

Deputi 2 BPOM ini juga berharap agar Jamu menjadi ikon Indonesia yang dicari konsumen mancanegara, termasuk wisatawan.

Deputi 2 BPOM

Dukungan Regulasi Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu. Perpres tersebut merupakan pedoman pengembangan dan pemanfaatan jamu dengan tetap melakukan konservasi sumber daya alam secara berkelanjutan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, menambah daya saing produk lokal, dan mengembangkan kemampuan SDM.

Dukungan terhadap kebijakan dan regulasi tersebut perlu diimplementasikan dalam kolaborasi nyata antara sektor ABCG (academia, business, consumer, government) untuk bersama-sama memajukan OBA Indonesia.

Hadir pada kegiatan ini, Ketua Ikatan ALFAS, Yuli Subiakto, para pengurus dan anggota ALFAS, serta jajaran pimpinan BPOM.

Profesi apoteker dibutuhkan pada semua lini tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan, termasuk di BPOM. Tidak hanya di pusat, sumber daya manusia (SDM) apoteker juga memperkuat 76 unit pelaksana teknis (UPT) BPOM di seluruh Indonesia, yaitu 21 Balai Besar POM, 21 Balai POM, dan 34 Loka POM.

Peluang Pasar Produk OBA

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPOM RI, L. Rizka Andalusia dalam sambutannya mengutarakan harapannya kepada para apoteker untuk terus meningkatkan kapasitas diri agar dapat melaksanakan tugas perlindungan kesehatan masyarakat Indonesia dengan baik.

Topik OBA yang disoroti pada sarasehan kali ini berangkat dari concern para apoteker akan potensi dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia untuk dikembangkan menjadi produk OBA unggulan nasional, bahkan global. Peluang pasar produk OBA pun sudah semakin terbuka lebar dengan meningkatnya kesadaran masyarakat pada kesehatan paska pandemi.

BPOM telah memiliki Kesepakatan Bersama dengan Unair tentang Kerja Sama Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat yang akan berakhir pada November 2024. Kerja sama yang dilaksanakan di antaranya berupa sharing knowledge serta upaya pengembangan laboratorium OBA.

Dalam hal pengembangan OBA, perguruan tinggi berperan dalam menginisiasi (think tank), melakukan riset dan pengembangan, hingga mengupayakan komersialisasi produk untuk dimanfaatkan masyarakat.

Menutup sarasehan hari ini, Plt. Kepala BPOM mengajak para peserta dari Unair untuk minum jamu bersama. Ia juga menguntai harapan agar kerja sama dengan Unair ke depannya dapat terus memberikan hasil yang dapat bermanfaat secara nyata bagi masyarakat.

"Penyelenggaraan sarasehan oleh ALFAS hari ini juga menjadi salah satu bentuk kerja sama BPOM dengan almamater Unair. BPOM mendukung laboratorium Unair menjadi salah satu laboratorium rujukan dalam pengembangan dan pengawasan OBA di Indonesia. Kami mengharapkan kerja sama yang lebih luas ke depannya agar kita dapat bersama-sama memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat," ungkap Plt. Kepala BPOM. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: