Belum Banyak Pengembangan Herbal di Indonesia yang Memanfaatkan AI dan Databank
Tanggal Posting : Rabu, 6 September 2023 | 18:15
Liputan : Redaksi OMAIdigital.id - Dibaca : 842 Kali
Belum Banyak  Pengembangan Herbal di Indonesia yang Memanfaatkan AI dan Databank
Dosen FKKMK UGM, Dr.rer.nat. Apt. Arko Jatmiko Wicaksono, MSc menilai pentingnya memanfaatkan AI dan Databank untuk riset herbal di Indonesia.

OMAIdigital.id- Sejumlah platform AI untuk menunjang pengembangan herbal sudah tersedia- bahkan dapat digunakan secara gratis. Tentunya dapat diakses secara global, dan mampu memberikan prediksi mekanisme obat dan target aksi secara lebih cepat.

"Namun nampaknya, tidak semua peneliti Fitomedisin di Indonesia menyadari hal ini. Terbukti masih sangat rendahnya jumlah publikasi, antara tahun 2013-2023, yang memanfaatkan penggunaan databank atau Artificial Intelligence (AI) dalam penelitian pengembangan herbal," ungkap Dosen FKKMK UGM, Dr.rer.nat. Apt. Arko Jatmiko Wicaksono, MSc sebagaimana rilis yang diterima Redaksi OMAIdigital.id

Arko Jatmiko menyampaikan hal tersebut ketika mempresentasikan makalahnya berjudul "Terobosan Pengembangan Herbal dan Tantangannya di Indonesia. PHYTOMICS, DATABANK, dan ARTIFICIAL INTELLIGENCE", pada Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Farmakologi Indonesia (IKAFI) di Bali, tahun 2023.

Makalah yang yang dipaparkan oleh Doktor Arko Jatmiko Wicaksono lantas terpilih sebagai salah satu pemakalah terbaik (Best Paper Presenter) pada ajang Forum Ikatan Farmakologi Indonesia tersebut diatas.

Acara IKAFI ini merupakan rangkaian dari Rapat Koordinasi Nasional yang diikuti oleh ratusan peserta, yang terdiri dari ahli Farmakologi, praktisi, peneliti, akademisi, industri maupun pemerhati yang berkecimpung dalam bidang Farmakologi. Acara berlangsung pada tanggal 25-26 Agustus 2023.

Potensi Pemanfaatan AI dan Databank

Sertifikat PenghargaanArko menyampaikan bahwa kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) beserta databank memiliki potensi sangat besar untuk dimanfaatkan dalam pengembangan herbal/fitomedisin di Indonesia, terlebih potensinya untuk memperkuat posisi produk-produk fitofarmaka indonesia dan ketahanan farmasi nasional.

Peneliti Pusat Kedokteran Herbal ini menambahkan, "Meski trending topik mengenai pemanfaatan Artificial Intelligence tergolong baru, namun sebetulnya projek pengembangan databank berbasis AI sendiri sudah gencar dimulai sejak satu dasawarsa terakhir."

Sebagai contoh, ide mengenai perlunya dilakukan pemetaan interaksi antara senyawa aktif dengan senyawa lain dalam suatu sediaan herbal medicine, serta interaksinya dengan reseptor dalam tubuh, sudah ia paparkan sejak tahun 2012 di Eropa.

"Artinya, pembuatan databank berbasis AI semacam ini sudah ada, dan perkembangannya semakin pesat dari waktu ke waktu", ungkap Arko lebih lanjut.

Menurutnya, pada saat itu ide yang sama belum mendapatkan dukungan di Indonesia. Adapun saat ini di Eropa sendiri sudah ada lebih dari 10 institusi yang secara aktif mengembangkan databank dalam bidang medis, termasuk diantaranya yang berkaitan dengan pengembangan herbal medicine.

Staf Pengajar di Departemen Farmakologi dan Terapi FKKMK UGM mengungkapkan tantangan era-AI bagi peneliti Indonesia. "Peningkatan skills komputasi, penyediaan source data, dan integrasi keilmuan medis dengan teknologi informasi harus segera dipercepat", sarannya. 

Guna menjawab tantangan tersebut, Arko yang juga sebagai Pengurus MABBI pusat (Masyarakat Bioinformatik dan Biodiversitas Indonesia) ini, mengusulkan perlunya dibentuk suatu konsorsium nasional, pengembangan databank berbasis AI dalam bidang fitomedisin di Indonesia.

"Metode pengembangan databank yang dikembangkan di Eropa, juga perlu mulai segera dirintis di Indonesia. Fokusnya pada pemetaan interaksi antar senyawa dan hubungannya terhadap efek farmakologis maupun prediksi toksisitas yang mungkin timbul. Supaya tidak setiap ada perubahan formulasi sediaan, perlu dilakukan pengujian trial and error menggunakan hewan uji," Arko memberikan masukan.

Dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan tersebut, selain Arko, tiga orang delegasi UGM yang lain yakni Hari Purnomo, Andini Juwan Prabandari, dan Yacobus Christian Prasetyo juga memperoleh best paper presenter untuk bidang kajian berbeda. Redaksi OMAIdigital.id


Kolom Komentar
Berita Terkait

Copyright 2024. All Right Reserved

@omaidigital.id

MENULIS sesuai FAKTA, MENGABARKAN dengan NURANI

Istagram dan Youtube: