![]() |
| Skill Komunikasi Sains perlu terus didorong agar informasi tentang perkembangan sains dapat dinikmati masyarakat umum secara lebih luas. |
OMAIdigital.id- Adalah Ilham Akhsanu Ridlo, Mahasiswa Doktoral di Ludwig-Maximilian-Universität (LMU) Munchen, Jerman, yang juga Inisiator Indonesia Science Communication Labs (IDSCL) yang memaparkan makalah berjudul "Komunikasi Sains: Sebuah Pengantar."
Ilham Akhsanu Ridlo- juga sebagai Asisten Profesor Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya,- dan Advisory Board, The Indonesian Journal of Health Administration (IJHA) membahas makalah diatas pada event Webinar MABBI (Masyarakat Bioinformatika dan Biodiversitas Indonesia) pada 21 Desember 2024, dibuka oleh Ketua MABBI, Didik H. Utomo, Ph.D
Mengawali paparannya, Ilham menjelaskan bahwa dengan kehadiran Science Communication dapat membuat Sains lebih relevan.
"Ada harapan besar bahwa sains dapat mengatasi masalah-masalah keseharian (lingkungan, pendidikan, ekonomi, politik, isu-isu sosial, dan kesehatan)," ungkap Ilham.
Sehingga penting, lanjutnya, untuk melakukan integrasi nilai, kebutuhan, dan ekspektasi masyarakat ke dalam proses saintifik/riset.
"Ini akan mendorong penelitian yang transparan, terbuka, dan inklusif. Itu bisa dibangun dengan peningkatan literasi dan kepercayaan ilmiah," Ilham menambahkan.
Dan masyarakat yang melek sains lebih menghargai dan mendukung kebijakan berbasis sains (Evidence-Based Policy).

Menurut Ilham, dengan literasi sains yang tinggi, maka akses lebih baik untuk penelitian dasar akan memberikan pengaruh sosial yang lebih kuat.
Apa yang akan membuat sains lebih berdampak?
Karena: Tercipta dialog aktif antara ilmuwan dan masyarakat untuk memahami dan memecahkan tantangan sosial dalam kehidupan mereka. Dan penelitian relevan dengan masalah sosial dapat berdampak lebih besar dan lebih terarah.
Tentang Komunikasi Sains
Apa Itu Komunikasi Sains? Komunikasi sains melibatkan pertukaran informasi ilmiah, sudut pandang, dan metode antara ilmuwan dan berbagai audiens-masyarakat umum, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Tujuannya lebih dari sekadar menerjemahkan jargon ilmiah ke dalam istilah awam," urai Ilham lebih lanjut.
Disebutkan bahwa komunikasi sains bertujuan untuk mendorong pemahaman, keterlibatan, dan pengambilan keputusan yang tepat seputar ruang lingkup ilmiah.
Tujuan Komunikasi Sains Bagi Publik:
- Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sains
- Membangun kepercayaan dan kredibilitas terhadap ilmu pengetahuan
- Menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi publik
- Mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti
- Meningkatkan literasi ilmiah
- Mendorong minat dan keingintahuan terhadap sains
- Mengintegrasikan sains ke dalam budaya masyarakat
- Mendukung penelitian yang beretika dan bertanggung jawab
Aktor Komunikasi Sains:
- Platform media sosial membuka panggung bagi aktor baru dalam komunikasi sains (Könneker, 2020).
- AktorBaru: Melalui platform media sosial, praktis siapa pun sekarang dapat terlibat dalam komunikasi sains tanpa harus memenuhi kriteria seleksi tertentu.
Menjaga Kualitas Komunikasi Sains:
- Kepercayaan dan Kecermatan Ilmiah
- Gaya Penyampaian Pesan
- Konektivitas dengan Audiens
Kepercayaan dan Kecermatan ilmiah:
- Menekankan bahwa komunikasi sains sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan publik pada sumber informasi dan media komunikasi.
- Audiens dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang mempunyai tingkat kepercayaan informasi dan sumber yang akurat.
- Indikator dari dimensi ini adalah acuan sumber informasi diambil dari rujukan ilmiah yang faktual, seimbang, dan transparan.

Gaya penyampaian pesan:
- Berfokus pada bagaimana konten ilmiah disajikan, dapat dipahami, menarik dan mempunyai interaksi yang bermakna bagi publik.
- Tantangan pada dimensi ini terletak pada bagaimana ilmuwan dapat menyeimbangkan upaya untuk menarik perhatian publik tanpa mengorbankan nilai objektivitas, transparansi, dan kaidah ilmiah yang dapat dipercaya.
- Dimensi ini meliputi kejelasan pesan, koherensi dan kontekstualisasi pesan, daya tarik dan pikat untuk mendekatkan audiens pada topik sains yang lebih kompleks, dan interaksi dengan audiens dengan cara dialogis dan umpan balik.
Ceritakan Melalui. Cerita (Storytelling):
- Buatlah cerita nyata.
- Menyajikan data saja dapat membuat audiens ’mati rasa’.
- Buatlah cerita yang relatable, lokal, dan personal.
- Kisah-kisah individu dapat membangun hubungan emosional, membuat audiens peduli, dan membuat isu yang sulit yang dihadapi bersama "tidak terlalu" menakutkan.
Hindari Stereotip:
- Negara-negara miskin dan masyarakat yang kurang terlayani, termasuk masyarakat pinggiran dan kaum rentan sering kali hanya digambarkan sebagai korban, bukan sebagai agen perubahan yang positif.
- Hal yang sama juga sering terjadi pada perempuan dan anak perempuan. Buat cerita positif (positive deviant) dari pengalaman orang-orang marginal ini, tanpa membuat mereka menjadi individu yang menjadi korban dari masalah structural
- Soal ini perhatikan konteks juga ’hati-hati’ membuat narasi cerita yang justru melanggengkan masalah struktural.
Masalah di Ruang Digital dan Sosial Media:
- Disintermediasi: Semua orang bisa menjadi apa saja tanpa ada batas yang jelas
- Infodemi: Arus informasi begitu deras, terkadang kita tidak punya cukup waktu untuk membedakan mana yang benar atau palsu
- Polarisasi: Masyarakat makin terjebak dalam ruanggema (echo chamber) di media sosial yang tampak tidak ada ruang selain hitam atau putih. Redaksi OMAIdigital.id



















