![]() |
Pusat Riset (PR) BRIN memaparkan produk-produk hasil riset dan inovasi di hadapan 25 perwakilan industri. |
OMAIdigital.id- Agenda Temu Bisnis Pemanfaatan Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan yang dilaksanakan di Gedung B.J. Habibie, Jakarta pada Kamis, 30 Mei 2024 mempertemukan periset BRIN dengan pelaku industri dan regulator.
Pada sesi Riset & Inovasi Bidang Obat Tradisional, Fitofarmaka, dan Kosmetika, Pusat Riset (PR) BRIN memaparkan produk-produk hasil riset dan inovasi di hadapan 25 perwakilan industri. Peneliti Ahli Madya PR Biomassa dan Bioproduk BRIN Riksfardini Annisa Ermawar memperkenalkan inacell microcrystalline cellulose (MCC).
Produk ini dapat digunakan sebagai pengisi obat tablet, stabilisator emulsi, pengental makanan, agen antichecking (gumpal), sumber serat prebiotik, bahan pengisi kosmetik, campuran pasta gigi, dan penstabil cat.
Dikutip dari BRIN, Riksfardini juga mengenalkan produk rare sugar gula sehat. Selain memiliki rasa manis, produk ini juga mempunyai efek penurun gula darah bagi penderita diabetes dan bisa dikonsumsi bersamaan dengan berbagai obat diabetes rekomendasi dokter.
- Berita Terkait: Wawancara Khusus PB IDI: Kebijakan Fitofarmaka Masuk Fornas Harus Dikawal Semua Pihak
- Berita Terkait: Breaking News...Menkes: Peraturan Fitofarmaka Masuk Fornas Sudah Selesai
- Berita Terkait: Wawancara Khusus Ketum PDPOTJI: Kita Contoh Negara Lain, Fitofarmaka Masuk Pelayanan Kesehatan
"Ada juga biokosmetik tengkawang yang memiliki kandungan asam lemak jenuh. Produk ini bermanfaat sebagai pengunci dalam produk skincare, sehingga mampu menjaga kelembaban kulit, menjaga kulit agar terhindar dari kekeringan atau dehidrasi, sekaligus berfungsi sebagai antiacne dan antiaging," paparnya.
Serta produk maltodextrin, yang dapat digunakan dalam industri pangan nutraceutikal dan kosmeseutikal, memiliki potensi dengan adanya tren penggunaan suplemen maltodextrin di industri kebugaran.
Sementara itu, Perekayasa Ahli Muda PR Mikrobiologi Terapan BRIN Amila Pramisandi memaparkan produk inovasi. Diantaranya, formulasi lakase dan asam galat yang bermanfaat sebagai bahan baku whitening agent yang efektif tanpa mengubah jalur metabolisme alami di kulit manusia.
Selain itu, ada juga produk phycocyanin, yang saat ini secara komersil diproduksi dari spirulina sp. Digunakan sebagai pewarna makanan, memiliki kandungan antioksidan tinggi, dan kemampuan sebagai antiinflamasi.
"Kemudian ekstrak aktinomisetes laut, berpotensi menjadi sumber senyawa aktif baru untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat yang berasal dari biodiversitas Indonesia," katanya.
Amila juga memperkenalkan β-glucan dari ganoderma lucidum (ingzhi) yang memberikan efek pelindung terhadap kerusakan oksidatif sebagai penangkap radikal oleh struktur polimernya. Sehingga, dapat menjebak radikal bebas ekstrak β-glucan yang diperoleh, menunjukkan sifat antioksidan sebagai sumber daya dalam eksplorasi antioksidan alami.
Kemudian Peneliti Ahli Muda PR Vaksin dan Obat BRIN A’liyatur Rosyidah mempresentasikan pengembangan nanopartikel kitosan vitamin A. Produk ini bermanfaat dalam peningkatan aktivitas anti penuaan dini dan kosmetik melalui penggunaan bahan baku vitamin A yang terenkapsulasi di nanopartikel kitosan.
Dia juga memaparkan pengembangan formulasi jahe merah dan rosella, obat herbal terstandar untuk antihipertensi dengan kandungan bunga rosella maupun jahe merah, yang terbukti menurunkan kadar hipertensi secara in vivo.
"Dengan bahan baku yang mudah dikembangkan di Indonesia, formulasi jahe merah dan rosella dapat dijadikan produk komersial secara singkat dan membantu meningkatkan kesejahteraan petani lokal dengan penggunaan bahan baku lokal," tuturnya.
Para perwakilan industri yang hadir menunjukkan antusiasme terhadap penjelasan produk-produk inovasi yang dipresentasikan.
"Beberapa produk yang disampaikan menarik perhatian saya. Kalau berbicara readiness untuk investasi, terutama dari segi legalitas, itu menjadi salah satu faktor utama melihat kelayakan dari sebuah produk," kata Gio Novran dari PT. Sarana Jakarta Ventura.
Gio menekankan pentingnya legalitas, seperti kepemilikan intellectual property (IP) atau hak kekayaan intelektual (HKI), izin Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan izin Kementerian Kesehatan, untuk memastikan kenyamanan dan keamanan konsumen dalam menggunakan produk.
"Ada potensi besar pemasaran langsung melalui media sosial dan live streaming, sebagai model bisnis baru yang dapat mendukung produk-produk inovatif ini," tandasnya. Redaksi OMAIdigital.id