![]() |
Kepala BPOM berdiskusi dengan Tim PT Equilab International-salah satu Laboratorium pengujian independen tercanggih di Indonesia. |
OMAIdigital.id- "Kita memiliki lebih dari 17 ribu bahan alam untuk obat, tetapi baru 97 yang mencapai status obat herbal terstandar dan hanya 21 produk yang menjadi Fitofarmaka. Diperlukan laboratorium uji klinik yang kompeten untuk mempercepat proses ini," ungkap Kepala Badan POM, Taruna Ikrar.
Kepala Badan POM, Taruna Ikrar mengatakan hal tersebut saat mengunjungi fasilitas laboratorium PT Equilab International- salah satu laboratorium pengujian independen tercanggih di Indonesia, pada 24 Januari 2025.
Pada kesempatan itu, Kepala Badan POM meninjau kapasitas dan kontribusi PT Equilab International dalam mendukung pengawasan mutu obat dan makanan.
Turut hadiri sejumlah pejabat Badan POM, Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif Rita Mahyona, Kepala Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan, Susan Gracia Arpan, Direktur Registrasi Obat, Ria Christine Siagian dan Kepala Balai Pengujian Khusus Obat dan Makanan, Dwi Damayanti.
Direktur Utama PT Equilab International, Ronal Simanjuntak menjelaskan capaian dan peran Equilab sejak berdiri tahun 2003.
"Kami telah berkembang menjadi laboratorium yang mampu menguji hingga 278 molekul, termasuk molekul imunologi dan penyakit menular, serta mendukung pengembangan obat inovatif.
Layanan ini membantu industri dalam negeri memenuhi persyaratan ekspor sekaligus mendukung regulasi BPOM," jelas Ronal seperti dikutip di laman web Badan POM.
Equilab telah memiliki sertifikasi internasional dari WHO, United Kingdom Medicinal and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA), dan Malaysia National Pharmaceutical Regulatory Agency (NPRA), sehingga menjadi laboratorium pengujian bioekuivalensi (BE) pertama di luar Malaysia yang diinspeksi pada 2013.
"Kami berharap BPOM dapat mempertimbangkan mekanisme sertifikasi khusus untuk laboratorium uji BE di Indonesia guna menciptakan standar yang seragam," Ronal mengungkapkan.
Pada kesemapatan ini, Kepala BPOM, Taruna Ikrar memberikan arahan terkait peluang dan tantangan di sektor farmasi.
"Saat ini, 65% produk farmasi global adalah produk biologi dan ini akan terus berkembang. Equilab perlu meningkatkan kapasitas uji klinis di bidang ini.
Selain itu, kami juga mendorong investasi industri farmasi untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku obat yang masih mencapai 94%," ujar Taruna Ikrar.
Taruna juga menekankan pentingnya laboratorium, seperti Equilab, dalam mendukung riset dan pengembangan obat herbal Indonesia.
Dalam peninjauan ke fasilitas laboratorium Equilab, Kepala BPOM menyoroti kesiapan Equilab untuk menghadapi audit WHO sebagai bagian dari upaya BPOM menjadi WHO Listed Authority (WLA).
"Equilab memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu site yang dikunjungi tim WHO. Kami optimis kehadiran Equilab dapat memperkuat posisi Indonesia di mata dunia," lanjut Taruna Ikrar.
Ronal Simanjuntak menyambut baik arahan ini dan menyatakan kesiapan Equilab mendukung BPOM. "Kami terus berkomitmen untuk mendukung penguatan pengawasan mutu obat dan makanan, termasuk berkontribusi dalam pengembangan kapasitas UMKM di sektor ini," Ronal menambahkan.
Kunjungan kali ini menegaskan sinergi antara BPOM dan PT Equilab International dalam meningkatkan kualitas pengawasan dan pengujian klinis di Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan visi BPOM untuk bergerak sebagai otoritas yang diakui secara internasional. Redaksi OMAIdigital.id