![]() |
BRIN menyebutkan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia. |
OMAIdigital.id- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia. Terutama di negara beriklim tropis dengan vektor utamanya Aedes aegypti.
Selain dengue, spesies ini juga populer karena mentransmit beberapa penyakit lain seperti chikungunya, yellow fever dan zika. Di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di pulau Jawa. Situasi hingga saat ini masih fluktuatif, meski sudah dilakukan pengendalian vector dengan berbagai cara atau metode.
Secara prinsip sebenarnya ada dua mengendalikan dengue, dilansir dari BRIN, yang pertama desain vaksin atau obat, kemudian dengan pengendalian vektor atau nyamuk.
Untuk vaksinasi saat ini mungkin sudah beberapa kandidat vaksin namun masih dalam tahap uji-uji efikasi dan lain-lain belum digunakan secara luas sehingga pengendalian vektor atau nyamuk ini masih merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
- Berita Terkait: Pusat Riset OMAI Dexa Group Dikunjungi Menkes. Hilirisasi Obat Bahan Alam Dukung Ketahanan Kesehatan
- Berita Terkait: Akses Pasar OMAI pada Sistem JKN Menjadi Solusi Riset Pengembangan Obat Bahan Alam
- Berita Terkait: Policy Brief BRIN: 3 Alternatif Rekomendasi Riset Fitofarmaka. Salah Satunya Fitofarmaka Masuk JKN
Peneliti Ahli Muda, Kelompok Riset Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis pada Manusia Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, BRIN, Beni Ernawan menyebutkan pengendalian dengue mengacu pada stranas pengendalian dengue tahun 2021-2025.
Banyak metode yang harus sinergi mulai dari manajemen survilens kemudian pelibatan masyarakat, manajemen vektor, akses tata laksana denguenya.
’’Komitmen dari semua stakeholder dan tentunya kami sebagai peneliti harus berkontribusi tentang pengembangan kajian metode yang efektif dalam mengendalikan dengue salah satunya yaitu pengendalian teknik serangga mandul (TSM),’’ ucap Beni pada Webinar Nasional Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis. Webinar yang bertajuk "Perkembangan Terkini Pengendalian Vektor Dengue di Indonesia" digelar melalui daring pada Rabu, 8 Mei 2024.
Beni menjelaskan, bahwa Peneliti dari Amerika yang terkenal yaitu Edward F. Knipling merupakan pioner dari teknik pengendalian serangga mandul ini. Teknik ini sudah diimplimentasikan sejak tahun 50-an di Benua Amerika untuk mengeleminasi parasit ternak Cochliomyia hominivorax dengan merilis atau melepaskan jantan mandul.
Menurutnya, hal Ini merupakan debut dari keberhasilan TSM atau Sterile Insect Technique (SIT) pengendalian parasit ternak. Kemudian dilakukan pengendalian untuk lalat buah di Jepang di pulau Okinawa, selanjutnya lalat Tse-tse Glossina austeni di Tanzania Afrika.
’’Secara prinsip sebenarnya SIT atau TSM ini relatif mudah. Akan tetapi hal ini merupakan rangkaian tahapan pekerjaannya banyak. Pertama serangga itu harus direaring atau dipelihara secara masal di fasilitas tertentu, kemudian dipisahkan jantan dan betinanya. Lalu jantannya kita mandulkan dengan energi pengion bisa dari gamma, x-ray atau yang lain. Selanjutnya jantan itu kita bawa dan transportasikan ke area yang akan dituju. Sehingga jantan mandul tadi akan kawin dengan betina yang ada di alam,’’ jelas Beni.
Hasil perkawinan tersebut, lanjut Beni mereka bertelur tapi tidak menetas. Sehingga dengan melepas secara periodik jantan mandul tersebut diharapkan populasi serangga targetnya akan menurun.
Dengan melepaskan jantan mandul maka rasio jantan dibanding populasi normalnya sembilan banding satu. Sehingga apabila kita melepas sebanyak lima kali tentunya akan menurun atau tereradikasi.
Dirinya menyimpulkan bahwa TSM ini adalah salah satu metode alternatif yang bisa dicoba untuk mengendalikan vektor dengue. Perlu diingat bahwa TSM ini pun bukan stand alone technique dan bukan teknik yang serba bisa.
’’Jadi harus dikombinasikan dengan teknik lain, dalam kerangka dari integrated vector management. Perlu upscaling untuk kasus selanjutnya dengan menggunakan data entomologi dan data epidemiologinya. Diharapkan metode tersebut dapat menjadi bukti kuat untuk kita bawa ke tahap kebijakan selanjutnya," pungkas Beni. Redaksi OMAIdigital.id